Hidup itu semacam permainan. Kalah atau menang, itu sebuah suratan.

15 Apr 2012

Kapak

Hujan dikremasi di langit-langit
sekarang abunya berterbangan ke penjuru
wangi.

Pelayar itu kembali menarik buritan, meregang tali
layar. Ia sedang ingin bersatu dengan ombak.
Tetap Ia bertahar, menahan bau apak
dari ketiaknya yang sudah berkelakar

Dalam kapal yang sudah terombang-ambing cerita
fabel, mitos hitam yang melumeri tanah pantainya
juga matanya awas, terpatri pada karang jalang
di seberang. Ini bukan sembarang ombak.
Ombak yang tercerabut dari palung
segera Ia mengenalnya.

"Ombak Kapak"

Teringat Ia ayahnya, kapalnya terbelah dua seperti kayu
yang mental saat di pukul dengan kapak orang yang baru belajar
kapak. Sisanya terbang ke Barat, satu ke Timur, satu ke Utara.

Tubuh ayahnya mental ke Selatan.

Tetapi Ia sama sekali tak gentar.
Ia coba mengurai ombak yang sudah
menyimpul itu. Nasibnya ditentukan oleh
dadu. Walau tubuhnya terpaku, Ia tak ingin
jiwanya mental ke Timur Laut.

cak cak cak cak
   cak cak cak
               cak cak
cak cak cak cak cak cak
                cak cak cak cak
 Ombak itu bersenandung
       cak cak cak cak
                     tubuh nya terbelah
cak cak cak cak
       dilalap Ombak Kapak
                 cak cak cak
pada sekelebat kedip terakhirnya,
Ia membatin,

"O, Kapak ngamuk."



0 comments:

Posting Komentar