Hidup itu semacam permainan. Kalah atau menang, itu sebuah suratan.

3 Mar 2012

Air Suci Sita - Sebuah Cerpen dari Leila S. Chudori

   


     Leila S. Chudori melahirkan karya-karya yang  di luar batas kodrat, seperti ditulis dari sebuah ruangan terkunci--sebuah ruang pribadi, yang sama sekali tidak terpengaruh dengan dunia luar. Memang, seorang penulis, apalagi seorang penulis perempuan, harus memiliki sebuah ruangan fisik yang imajinatif. Dan Ia harus menulis karyanya dengan telinga tertutup, tanpa harus khawatir apakah bahasanya sendiri akan berkhianat kepadanya serta menjungkirbalikkan makna dan kata-kata yang tersampaikan. Sayang sekali geregetnya hanya saya bisa temukan dalam cerpennya yang berjudul Air Suci Sita ini. 

    Air Suci Sita merupakan cerpen (perempuan) terjujur yang pernah saya baca. Karena tubuhnya berkecimpung seputar masalah kesetiaan, kepercayaan, dan kepasrahan wanita dalam menunggu seorang tunagan yang dicintainya. Ia menyinggung perbedaan, sebuah ketidakadilan yang rupanya sudah menjadi stereotip masyarakat kalau wanita itu 'begini' dan pria itu 'begitu'.

          Diawali dengan kalimat metaforis "Tiba-tiba saja malam menabraknya..."  serta penggambaran suasana kental di dalam apartemen sang tokoh utama, Leila S. Chudori secara pelan-pelan mengalun alur ceritanya dengan pasti. Tak ada keraguan dalam tuturnya yang jujur. Suara jantung hati wanita, kesahnya, terkesan vokal dan koheren dengan cerita hingga klimaks menjelang. Ia begitu nekat, tapi tidak sia-sia. Penamaan 'Raja Agung' sebagai tunangannya yang berada di negara nun jauh, serta 'Raja Berwajah Sepuluh' bagi bule yang mencoba 'membuat Sita melangkah ke dalam lingkarannya' begitu sugestif dan kental. Dengan kata-kata yang tidak sembarangan Ia pilihkan, Leila mengajak pembaca untuk menelisik lebih dalam sanubari Sita. Penderitaannya, kegamangan, dan usahanya intens di panjang-lebarkan tanpa dilebih-lebihkan. Tanpa berhenti, Ia terus membangun rasa penasaran pembaca melalui kalimatnya yang menarik, agar sampai pada klimaks yang  kalem dan kelam, tapi bermakna dan tidak-kurang-tidak-lebih.

           Air Suci Sita juga diulas dalam buku Virtual Lotus: Modern Fiction of Southeast Asia oleh Teri Shaffer Yamada. Dalam bukunya dijelaskan bahwa "The Purification of Sita" merupakan sebuah jukstaposisi  dari cerita Ramayana, yang sedang menunggu tunangannya, Rama. Dia sadar dia harus dan akan membuktikan "chastity" nya kepada Rama. Cerita ini merupakan sebuah realita yang saling bersinggungan, antara masa lalu, masa kini, dan masa depan, yang memberikan gambaran kepada pembaca bahwa sesungguhnya konvensi-konvensi sosial, seperti norma seksual, tidak pernah berubah. Pertanyaan modern Sita adalah kenapa Ia masih tidak bisa menanyakan Rama tentang affair nya.

         Akhir kata, cerpen ini benar-benar 'lebih dari cukup' di segala unsur intrinsik maupun ekstrinsik cerpen. Cerpen ini pantas menjadi patokan idealisme wanita, dan sangat direkomendasikan bagi penikmat-penikmat sastra, sastra wangi ataupun sastra kontemporer.


Muhammad Farhan Maulana

0 comments:

Posting Komentar