:kamu
omnia vincit Amor
di relung itu, aku memilih bisu, buta
Mengapa?
***
tujuh bulan lalu aku bicara, melihat mulut
mulut kata. menangkap suara-suara
yang ingin aku terus dipagutnya
mereka melihat: kamu
mataku mendapat: matahari
tabir ini terlalu rapuh, goyah sedikit karena mencoba
menenggelam, rasa yang berlipatan--tapi
api membara sedemikian hebatnya
aku mati kata
seketika abu menjelma arang
arang menjelma pohon --
bermandikan api
kata rubuh dalam jentera waktu
seperti abu terhisap angin kelabu
Yang aku lihat? Genangan air--jadi hijau--ungu
sejuta warna menyaput mata
dan hujan debu--
hujan menebal
berpendar dalam lentera petang
dan entah cangkir, gelas-gelas tinggi berdebu
melenting kembali oleh--anggur manis;
tuak termurni
dan jarak mencoba merebut cahayaku kembali
***
omnia vincit Amor
kata mereka cuma ada satu matahari
kataku: itu milikku
dan akan tak pernah ku membagi
belah jeruk bertadahan di muka bumi
di relung itu, aku memilih bisu, mengikuti
Mengapa? tanyamu
"Aku tak tahu."
omnia vincit Amor
11 Desember 2011
(terinspirasi dari puisi-puisi Avianti Armand, cerpenis terbaik Kompas-Gramedia)
0 comments:
Posting Komentar