jam menunjukkan senyumnya yang terakhir,
kukira.
ketika lampu-lampu telah gelap
desing angin bergerak ke barat
suara mungkin telah diredupkan
tetapi suaramu tidak.
tidak bersama kereta
yang lewat terakhir barusan
ada seseorang; dibalik bayang peron
berdiri ia
memeluk biola sambil dielus dawainya
"Aku ingin mengerti,
kenapa tak kau mainkan saja?"
dilatarbelakangi kedip redup laron
yang berdansa di sekeliling lentera itu
remang merah pipimu
seperti kilauan murni segelas susu
Ini malam terakhir, kataku.
"Mainkan simfoni kemarin lalu."
Agustus 2011
0 comments:
Posting Komentar