seberapa besar dosaku yak tak terhitung
tetap ku kais remeh pahalaMu
buram mata menutup segala pintu
aku berdiam, temanku gelap
temanku terlelap.
buta yang menekan-nekan.
Aku ditakdirkan dengan keruh, Tuhan
jalanku putus-putus di depan.
aku ingin dicungkil dari kegelapan;
merobek-robek tabir,
walau jarum ajal menggores bibir mata.
tapi ia bercokol-bercokol lagi -- mencolok-colok pagi
mentah-mentah
berbarah-barah mataku menyerah
pecah
dan kembali ku semakin resah.
sekaliku ingin tertidur terpejam, sayang.
tapi mataku berbilur-menajam -- ruah meledak
perih disudut membungkam waktu
tombak terhunus menggenggam hendak
ya,
dan lebih tak tahan menentu
berpendam nanah genang sendu,
aku ingin mundur dengan waktu
meremas lepas mataku
dari takdirmu
dari takdirku
29 Mei 2011
0 comments:
Posting Komentar